sepenggal naskah picisan 'dia'


Chocolate latte and caramel coffee. enjoy your drink” kata pelayan sembari meninggalkan kita

Aku bersama Sahabatku di suatu kedai kopi dekat apertemenku. Sudah 2 tahun aku tidak berjumpa dengannya semenjak aku mengambil magister di Melbourne dan akhirnya dia menyempatkan diri menengokku ke Melbourne. Sambil menikmati minuman, Sahabatku bercerita tentang perjalannya di Vienna, Austria seminggu yang lalu. Aku mendengarkan dengan seksama setelah lama lama air mataku terbendung hampir tumpah saat dia berkata.

“….…..... iya setelah itu pas mau balik ke Indonesia aku sms untuk pamit ke dia. Serasa dia yang punya Austria ya. Padahal disana saja kita tidak bertemu” cerita Sahabatku antusias

Tiba tiba aku terdiam, aku memandang ke arah jendela lalu terbayang sosok dia. Laki laki yang sangat kucintai sejak pertama kali duduk di bangku SMA dan entah sampai kapan. Siapapun wanita yang sedang dekat dengan dia perasaanku langsung tidak karuan. Sahabatku akhir akhir ini sering terlihat berkomunikasi dengan dia meskipun hanya via media sosial. Wanita lain saja aku cemburu terlebih ini sahabatku sendiri yang dekat dengan dia.Bisa kau bayangkan kan bagaimana perasaanku?

Why? angry with me?” Tanya Sahabatku seperti bisa membaca pikiranku

“Oh tentu tidak, i just feel..…” aku rasanya tidak sanggup berkata kata saat itu. gawat air mataku hampir keluar

“Jujur saja hari ini kamu aneh, you look so different to me saat kita bertemu. feelingku selalu benar lho. Katakan saja apa salahku atau... jangan bilang karena dia?” 

Air mataku tak bisa kutahan lagi dan tumpah sejadi jadinya. Aku akhirnya mengutarakan perasaanku, aku katakan aku merasa cemburuku padanya yang akhir akhir ini sering berkomunikasi dengan dia. 

“Kamu masih mencintai dia?” Tanya Sahabatku yang terhenyuk saat melihatku menangis sejadi jadinya. Aku menangis setelah menumpahkan rasa cemburu teramat sangat yang sudah berbulan bulan kupendam pada sahabatku yang akhir akhir ini mengusik hatiku karena sesuatu hal yang sepele dengan lelaki itu.
“Tidak, aku tidak mencintai dia. Aku sudah melupakannya..” jawabku sambil terisak, sudah pasti aku terlihat berbohong dimatanya

“Bohong, lalu ini apa?” tepis Sahabatku “Oh my god, aku tidak ada hubungan apa apa dengannya, trust me. Aku hanya menyampaikan selamat tinggal saat aku di Vienna itu saja. Akan aneh jika aku tidak bercerita. Kalau malah membuatmu sedih. I'm sorry” Lanjutnya

No problem. Aku terlalu berlebihan. Aku sendiri pun bingung kenapa aku harus menangis. Sekarang perasaanku biasa saja. Aku hanya merasa kesal saat itu saja. Mungkin aku menangis karena aku memendam cemburuku yang lama. Sekarang aku merasa lega sudah menumpahkan” Jawabku masih sedikit terisak sambil berusaha tersenyum. Aku menyeruput minumanku yang entah kenapa rasanya menjadi hambar.

“Apa aku harus percaya dengan melihatmu menangis seperti  ini?” Tanya Sahabatku

“Sungguh, percayalah padaku. Aku janji tidak akan cemburu buta seperti ini lagi. Sekarang aku tidak mencintainya” Aku meyakinkan sahabatku. Tapi sahabatku hanya tersenyum sambil menyeruput minumannya.

“Melihat keadaanmu sekarang sulit buatku percaya padamu. Kau tidak perlu berjanji padaku. Kau yang punya perasaan kau yang tau sendiri apa isi hatimu. Sepertinya kau terlalu sering berjanji”

"Sudahlah kurasa percakapan tidak penting ini tidak perlu dibahas lagi, oh iya bagaimana kabar kelanjutan proyekmu?" aku menghapus air mataku dengan tisu dan berusaha mengganti topik pembicaraan ini.

Sahabatku benar, Aku sudah terlalu banyak berjanji untuk tidak memikirkannya lagi. Hanya membuang waktu, pikiran dan hatiku saja. Tapi janji hanyalah janji aku sendiri pun bingung mengapa aku masih mencintainya. Kita jauh bahkan bukan hanya masalah jarak saja , kita berbeda, aku dan dia sangatlah jauh. kali ini aku benar benar harus memegang teguh janjiku.  Aku sudah menghapus segala hal yang membuatku terus mengingat dia. Tidak ada alasan bagiku untuk masih mencintainya lagi. Cinta yang seharusnya sudah habis dimakan jarak dan waktu. Kita jauh…….

*ditulis beberapa bulan lalu*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

High Kick Through the Roof

sakit gigi cabut gigi